Senin, 18 Juli 2016

makalah keseimbangan SMK dan SMA (Seminar Akuntansi)

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pemerintah Indonesia pada dewasa ini sangat gencar untuk melakukan perubahan perbaikan dalam dunia pendidikan. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia khususnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga akan menjadi bangsa yang beradab dan dapat bersaing di dunia Internasional. Dalam Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dinyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga Negara  yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pembangunan  tersebut tampak dari perubahan kurikulum yang ditetapkan pemerintah yaitu penggunaan kuriukulum 2013 dengan pendekatan scientifict pada sekolah menengah dan pendekatan tematik terpadu pada jenjang pendidikan dasar. Selain pada perubahan kurikulum, pemerintah mempunyai program yang ditujukan pada sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan yaitu presentase rasio antara jumlah SMK dan SMA sebanyak 70% SMK dan 30% SMA. Dasar dari perencanaan program ini adalah tentunya untuk meningkatkan  lulusan yang siap terjun di dunia kerja. SMK ditekankan untuk pembelajaran keterampilan kerja  seiring dengan banyaknya perusahaan yang membutuhkan lulusan SMK. Tujuan lain pemerintah meningkatkan jumlah rasio untuk SMK adalah untuk mengentaskan kemiskinan dalam masyarakat dengan pembekalan keterampilan kerja serta mempersiapkan siswa untuk mandiri.Harapan semua pihak, terutama dunia pendidikan dan pemerintah Indonesia adalah siswa yang telah lulus dapat berwirausaha, sehingga angka pengangguran dapat ditekan. Dengan program penentuan rasio 70:30 untuk SMK dan SMA memungkinkan banyak anak di Indonesia untuk dapat menempuh pendidikan yang layak serta pekerjaan yang layak, karena biaya yang diperlukan untuk menempuh pendidikan di SMK tidak sebanyak dengan biaya yang ditempuh di perguruan tinggi. Ini akan sangat membantu bagi masyarakat menengah kebawah dalam memberikan pendidikan yang baik untuk putra-putrinya sekaligus dapat membekali pada saat terjun di dunia kerja. Konsekuensinya adalah dunia kerja yang akan menampung lulusan SMK harus siap meskipun untuk memasukinya lulusan SMK masih perlu dilatih. Analisis atas potensi wilayah dan keperluan dunia kerja sangat menentukan atas keberadaan sebuah SMK.Sebaliknya, SMA disiapkan untuk siswa-siswi yang nantinya akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Berdirinya SMA adalah sebagai  perimbangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendorong SMA diperlukan. Sekali lagi kesadaran para calon siswa dan orang tua sangat penting dengan mengingat kemampuan serta potensi diri anak. Jika potensi anak berkembang dalam keilmuannya maka sebaiknya melanjutkan ke SMA, jika pas-pasan sebaiknya melanjutkan ke SMK. Bukan berarti arahan siswa SMK adalah untuk anak-anak berkelas dua. Tapi pertimbangan soal kelanjutan studinya kelak serta potensi diri.
B.     Rumusan Masalah
   Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas,maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah kondisi lulusan SMK dan SMA saat ini.
2.      Bagaimanakah relevansi pendidikan kejuruan dengan dunia industry saat ini.
3.      Bagaimanakah dampak dari peningkatan jumlah SMK dibanding SMA.
BAB II PEMBAHASAN
Rencana Strategis (Renstra) Depdiknas 2005-2009 dinyatakan bahwa rasio pendidikan menengah kejuruan dan pendidikan menengah umum ditargetkan sebesar 50:50 pada tahun 2010 dan 70:30 pada tahun 2015. Kebijakan ini diharapkan dapat memecahkan salah satu permasalahan pengangguran. Peningkatan pendidikan kejuruan bertujuan menyiapkan tenaga terampil untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan tuntutan dunia industri. Kebijakan ini dilaksanakan dengan meningkatkan daya tampung dan kualitas pendidikan menengah kejuruan serta tetap menjaga keseimbangan dan kualitas pendidikan menengah umum.
Perubahan sasaran rasio SMA dan SMK tersebut akan berdampak penyediaan dana yang cukup besar yang harus disediakan oleh pemerintah untuk pembangunan infrastruktur dan penyediaan tenaga kependidikan. Dampak lainnya adalah perguruan tinggi yang selama ini ada lebih banyak menampung lulusan SMA dengan proporsi jurusan ilmu sosial jauh lebih besar jika dibandingkan jurusan teknologi.
Berikut jumlah Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan dari Tahun 2011
JUMLAH SMA
JUMLAH SMK
2011/2012
2012/2013
2013/2014
2015/2016
2011/2012
2012/2013
2013/2014
2015/2016
11,654
12,107
12,409
13.004
10,256
10,673
11,726
13.121

A.    Kondisi Lulusan Sekolah Kejuruan  dan Sekolah Menengah umum Dewasa Ini
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran di Indonesia pada Agustus 2015 mengalami peningkatan dibanding Februari 2015. Pada Agustus 2015 jumlah pengangguran di Indonesia naik 110 ribu orang menjadi 7,56 juta orang dari sebelumnya 7,45 juta orang pada Februari 2015.
Dari jumlah tersebut, pengangguran di dominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan. BPS menyebutkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) untuk pendidikan SMK menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 12,65 %.
Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS Razali Ritonga menjelaskan, lulusan SMK mendominasi lantaran lapangan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian belum banyak.
"Kalau sekolah jurusan kan dia spesialis. Nah, ketika lapangan kerja sesuai keahlian dia tidak ada, maka dia sulit untuk cari kerja ke sektor lain. Dia tidak fleksibel," jelasnya di Gedung BPS, Kamis (5/11/2015).
Di posisi kedua menyusul lulusan SMK adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) yang sebesar 10,32 %. Jumlah TPT SMA mengalami kenaikan dibandingkan periode Februari 2015 yang sebesar 8,17 %.
Kondisi pengangguran yang semakin bertambah disebabkan oleh lambatnya perekonomian Indonesia. Ketersediaan lapangan kerja yang terbatas tidak sebanding dengan kebutuhan akan lapangan kerja. Dengan hal ini pemerintah diharapkan dapat memberikan solusi untuk menanggulangi agar pengangguran tidak terus bertambah setiap tahunnya dengan cara mengubah basis  ekonomi  konsumsi menjadi basis ekonomi produksi.
Dari kondisi Indonesia yang telah dijelaskan diatas, maka usaha untuk  Menanggulani pengangguran yaitu sebagai berikut :
JAKARTA - Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri mengatakan, pemerintah akan melakukan optimalisasi program bursa kerja antar daerah untuk skema perluasan kesempatan kerja sebagai solusi daripada peraturan penghentian Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di 21 negara Timur Tengah guna mencegah pengangguran yang akan bertambah.
"Pasti kita siapkan skema perluasan kerja. Kita tingkatkan program kewirausahaan, kita optimalkan yang namanya program bursa antar kerja antar daerah," ujarnya saat ditemui di Gedung Kementerian Perekonomian, Jakarta, Jumat (8/5/2015).
Bursa kerja antar daerah tersebut adalah kerjasama antara pemerintah daerah (pemda) dengan bursa pemerintah antar daerah, guna mengembangkan perekonomian daerah.
"Misalnya dengan pemerintahan Jawa Timur nanti akan kerjasama dengan bursa kerja antar daerah ke Kalimantan. Pekerja dari Jawa Timur nanti dididik dan dilatih untuk bekerja ke Kalimantan untuk sektor pertanian atau mengatasi masalah produksi dan lain-lain," jelas Hanif.
Sebagian program tersebut sudah berjalan, lanjut Hanif. Sementara sebagian lagi masih dalam proses.
Menurut Sudradjad (2000: 9-11), berikut dijelaskan tiga upaya menanggulani pengangguran :
1.      Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
2.      Menciptakan lapangan kerja baru.
3.      Menumbuhkembangkan usaha wiraswasta.
B.     Relevansi Antara Lulusan Dengan Pekerjaan Saat Ini
Relevansi pendidikan adalah sejauh mana sistem pendidikan dapat menghasilkan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah-masalah seperti yang digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional
Relevansi pendidikan dianggap tinggi jika lulusan yang dihasilkan dapat mengisi semua sektor pembangunan yang beranekaragam seperti sektor jasa, sektor produksi dan sektor lainya.
1.      Masalah Relevansi Pendidikan
Permasalahan relevansi pendidikan dirasakan bangsa Indonesia ketika terjadi ketidakcocokan atau ketidaksesuaian antara isi pendidikan dengan realitas kebutuhan masyarakat, terutama para pemakai output pendidikan, Hasbullah (2015: 25).
Masalah ini berkenaan dengan rasio antara tamatan yang dihasilkan satuan pendidikan dengan yang diharapkan satuan pendidikan di atasnya atau institusi yang membutuhkan tenaga kerja, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Masalah relevansi terlihat dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu yang tidak siap secara kemampuan kognitif dan teknikal untuk melanjutkan ke satuan pendidikan di atasnya. Masalah relevansi juga dapat diketahui dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu, yaitu sekolah kejuruan dan pendidikan tinggi yang belum atau bahkan tidak siap untuk bekerja.
2.      Upaya untuk meningkatkan Relevansi Pendidikan
a.       Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar artinya semua warga negara yang butuh pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan.
b.      Dapat mencapai hasil yang bermutu artinya: perencanaan, pemrosesan pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan
c.       Pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler dilakukan dengan penuh kesungguhan dan diperhitungkan dalam penentuan nilai akhir ataupun kelulusan
3.      Dampak Lulusan SMK di masyarakat
Sinergi antara dunia pendidikan dengan dunia industry serta stakeholder dimasyarakat sangat dibutuhkan. Pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan disekolah perlu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Selama ini pembelajaran belum bisa memenuhi semua tuntutan masyarakat terutama bidang keterampilan hidup sesuai kondisi local hidup siswa.materi pembelajaran sering tidak sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Fenomena yang terjadi antara dunia pendidikan dengan perkembangan masyarakat tidak match dan terjadi kesenjangan yang cukup significan, kebutuhan masyarakat belum bisa diwujudkan sepenuhnya oleh lembaga pendidikan. Tidak sesuainya materi pembelajaran dengan potensi daerah mengakibatkan peluang kerja lulusan SMK belum  terlalu optimal. Contohnya saja di kabupaten Semarang  pada tahun 2014 dari 4.549 lulusan SMK baru 27 % yang terserap lapangan kerja yaitu sejumlah 1.464 yang sudah dapat mengakses pekerjaan.

4.      Upaya peningkatan Lulusan SMK di bidang Industri
Sudah menjadi masalah klasik pendidikan di Indonesia pada umumnya, bahwa link and match anatra output SMK dengan dunia usaha/dunia  industry sebagai pengguna output pendidikan belum tercapai. Salah satu masalahnya terletak pada kualitas luluan SMK yang belum sesuai standar kompetensi yang dibutuhkan pasar kerja. Pendidikan system ganda (PSG ) dapat digunakan utnuk menerapkan link nad match. Pengadaan PSG perancangan kurikulum, proses pembelajaran dan penyelenggaraan evaluasinya didesain dan dilaksankan bersama-sama antara pihak sekolah dan industry diharapkan dapat dihasilkan lulusan SMK yang mumpu terjun dan belajar pada dua tempat yaitu sekolah dan di industry.
Tujuan PSG:
a.       Mampu menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian professional
b.      Meningkatkan dan memperkokoh keterkaitan dan kesepadanan lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan dengan dunia kerja
c.       Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas professional
d.      Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.
C.    Analisis Peningkatan jumlah rasio SMK dan SMA 70:30
Upaya pemerintah untuk meningkatkan rasio SMA dan SMK menjadi 30:70 bukan tanpa alasan. Melalui peningakatan jumlah SMK diharapkan tingkat pengangguran dapat ditekan. Karena berbeda dengan pendidikan SMA, pendidikan SMK didasarkan pada kurikulum yang membekali lulusanya dengan keterampilan tertentu untuk mengisi lapangan kerja atau membuka lapangan usaha. Selain itu SMK juga dapat diarahkan untuk mengangkat keunggulan lokal sebagai modal daya saing bangsa. Perlu diketahui  bahwa dalam memutuskan suatu kebijakan harus dipikir panjang tidak untuk kebutuhan sesaat. Berikut adalah beberapa sebab yang harus dipertimbangkan apabila terjadi peningkatan jumlah SMK dibanding SMA
1.      Kebijakan pemerintah untuk menambah rasio jumlah SMK dan SMA 70:30 dianggap tidak memerhatikan kepentingan jangka panjang kebutuhan nasional bangsa akan lahirnya generasi peneliti dan tenaga-tenaga terdidik secara akademis. Perlu diingat, banyaknya pengangguran terdidik dari perguruan tinggi ataupun lulusan SMA tak akan serta-merta diatasi dengan mendirikan SMK. Selain itu, perubahan proporsi ini akan memperkecil kesempatan siswa masuk perguruan tinggi (PT). Pada masa depan, PT memiliki posisi strategis dalam menjaga keberlangsungan hidup masyarakat melalui kinerja penelitian dan keilmuan yang dimiliki. Kita akan kehilangan banyak dokter, peneliti, ilmuwan, dan lainnya karena kebijakan pendidikan kita lebih mengarahkan siswa pada akuisisi kemampuan dan keterampilan teknik, sedangkan refleksi filosofis intelektual yang memiliki rigoritas akademis kian berkurang.
2.      Dengan memperbanyak rasio jumlah SMK sementara lupa mengintegrasikannya dengan membangun akademi atau politeknik sesuai kompetensi yang dibutuhkan, hanya akan menciptakan tenaga kerja murah dan hanya menguntungkan perusahaan swasta karena mereka tak perlu membiayai ongkos pelatihan untuk perekrutan karyawan yang baru, sementara beban seperti ini ditanggung negara.
3.      Tugas utama sekolah adalah membentuk anak-anak yang cerdas, pintar, kritis, yang mampu memahami tatanan sosial masyarakat menjadi lebih baik sehingga mereka mampu terlibat secara aktif dalam kehidupan masyarakat.
Beberapa sebab diatas dapat dijadikan pertimbangan ulang mengenai peningkatan jumlah SMK. Tetapi perlu diketahui bahwa upaya pemerintah dalam meningkatkan jumlah rasio SMK dan SMA 70:30 dapat didukung dengan menerapkan beberapa strategi tambahan seperti:
1.      Kebijakan pendidikan harus dipikirkan secara matang dan berkesinambungan menjadi orientasi bagi pemerintah dalam mendesain sistem pendidikan nasional.
2.      Harus ada kerjasama antar departemen untuk mewujudkan pembangunan SDM untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Misal dalam bentuk MoU antara departemen perindustrian dengan departemen perdagangan departemen keuangan, departemen pendidikan dan departemen terkait lainya.
3.      Harus ada pemetaan dahulu industri-industri yang nantinya menyerap pangsa pasar lulusan smk.
4.      Identifikasi keahlian apa yang dibutuhkan untuk Industri, yang nantinya menentukan kurikulum SMK.
5.      Industri diwajibkan menyediakan tempat bagi siswa smk untuk melakukan praktik lapangan sampai tingkat suatu keahlian terpenuhi sebagai persyaratan ijin investasi.
6.      Industri diwajibkan menerima tenaga lokal bangsa.Siswa smk yang mempunyai prestasi dan keahlian sebagai enterprenuership diberikan kemudahan akses usaha dan modal kerja.
7.      Adanya pendampingan usaha bagi wirausaha muda sampai dapat berdiri sendiri.
8.      Diperlukan standar produk dari hasil usaha siswa smk agar dapat diterima pasar.
9.      Diberlakuan pajak yang tinggi untuk produk-produk yang berasal dari luar negeri.
10.  Diberikan insentif, subsidi atau pajak  ringan untuk produk dalam negeri.
11.  Dilakukan pembinaan untuk standar produk bermutu berskala international.
12.  Mencari, menciptakan inovasi,  ciri khas produk dalam negeri yang lain dan tidak diproduksi oleh Negara lain yang menjadi andalan untuk ekspor. Pengembangan potensi SDM disesuaikan dengan SDA yang kita miliki. Tidak mungkin kita akan bisa bersaing dengan Negara lain jika teknologi yang kita kembangkan sama dengan Negara lain. Negara lain lebih dulu mempelajarinya, untuk itu SDA apa yang kita miliki, kita kembangankan, kita inovasikan sehingga nilainya di luar negeri bisa jadi tinggi.
13.  Keanekaragaman produk perlu dikembangkan serta spesialis produk dari suatu wilayah dengan wilayah lain mempunyai spesialis produk yang berbeda kondisi ini perlu adanya usaha untuk mematenkan produk tersebut
BAB III KESIMPULAN
Dari pembahasan yang sudah dipaparkan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa :
a.       Keseimbangan sekolah kejuruan dan sekolah menengah umum diperlukan karena adanya jumlah yang sama antara SMA dan SMK dengan rasio yang sama 50:50 akan memberikan kontribusi yang sinergis terhadap kebutuhan Negara. Dengan SMK dapat menciptakan lulusan yang terampil dalam dunia kerja dan wirausaha yang dapat mengatasi pengangguran. Sedangkan SMA dapat menyiapkan lulusan yang ahli dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Keduanya sama-sama dibutuhkan untuk pembangunan suatu bangsa.


DAFTAR PUSTAKA
Hasbullah. 2015. Kebijakan Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sudradjad. 2000. Kiat Mengentaskan Pengangguran  Melalui Wirausaha. Jakarta: BumiAksara.



0 komentar:

Posting Komentar